Saat ini Twitter adalah salah satu social media yang paling populer di
Indonesia. Mikro blogging yang menyediakan space hanya 140 karakter ini
mampu membuat usernya terus memelototi timeline. Tentu saja karena
mereka ingin terus memantau garis waktu temannya untuk mengetahui apa
yang sedang terjadi saat ini.
Banyak orang yang saat ini tak bisa lepas dari twitter. Mereka seperti
sudah kecanduan dengan twitter. Berikut beberapa tanda kecanduan twitter
yang ditulis oleh detikInet:
1. Meretweet postingannya sendiri.
RT biasanya dilakukan agar informasi penting yang disampaikan dapat
tersebar ke banyak orang. Tapi ketika me-retweet kicauannya sendiri tak
ada efek seperti itu. Orang-orang yang melakukan ini kemungkinan besar
punya keinginan ngetwit yang besar, namun idenya tidak datang secepat
gerak jempolnya.
2. Merindukan mention
Pada dasarnya setiap user akan merasa senang jika apa yang ditwit
direspon oleh orang lain. Kadang ada beberapa user sudah berusaha
habis-habisan berusaha ngetwit keren, namun tak ada yang menggubris
sehingga muncullah istilah sedekah mention.
3. Sering Mengganti Avatar
Memang tidak ada berapa lama waktu ideal untuk mengganti avatar. Bahkan
ada yang menganggap avatar adalah pengenal yang tidak boleh diubah.
Dengan mengubah avatar, teman-temannya akan kesulitan mengenalinya.
Avatar menjadi seperti logo dalam sebuah brand. Sehingga ketika ia
mengganti avatarnya, ia harus melakukan branding dari awal lagi.
Mengubah avatar sesuai dengan "tema" peristiwa yang terjadi saat ini
juga menarik. Namun jika terlalu sering apa jadinya? bahkan tiap jam?
4. Mengomentari link tanpa membaca
Mayoritas tweeple (berdasar riset konon 80% tak membuka link) langsung
mengomentari atau me-retweet postingan yang ada linknya tanpa
mengeceknya. Pernah suatu saat seseorang ngetwit mengomentari link
berita namun ketika di klik linknya tidak ada.
5. Sensitif, selalu merasa menjadi objek pembicaraan
Twitter adalah tempat umum, semua orang mempunyai hak yang sama dalam
menyuarakan sesuatu. Baik mengenai hal yang serius maupun "gegosipan"
internal. Namun anehnya dari kicauan yang ada di garis waktu, ada
seseorang yang sangat sensitif. Tiba-tiba ia merasa menjadi objek
pembicaraan, utamanya ketika yang diomongkan itu hal yang negatif. "Itu
ngomongin saya ya, " katanya. Padahal tak ada mention ke akun dia.
6. Selalu mememperhatikan jumlah follower
Jumlah follower memang bukan segalanya, namun mayoritas pekicau
diam-diam berpacu bagaimana cara menambah followernya. Ada yang
jelas-jelas meminta follow balik dengan suka rela.
7. Asal nyamber tanpa mengetahui konteks
Keterbatasan space yang disediakan twitter yang hanya 140 karakter
menyebabkan pembicaraan rawan "kesalahpahaman". Karena beberapa pekicau
masih mereply tanpa memperhatikan apakah penerima pesan selanjutnya akan
memahami isi pesan yang disampaikan. Ketika penyebaran pesan itu sampai
pada orang ketiga atau keempat, kicauan tersebut sudah kehilangan
konteks. Beberapa pekicau ngetwit asal nyamber tanpa mengetahui konteks,
selain tidak bermanfaat, juga tidak perlu karena bisa-bisa malah
mengganggu.
Sumber: detikcom